iis asfianti
Jumat, 27 Juli 2012
"ILMU"
Ilmu ibarat pohon,,,akan tumbuh lebat jika di pupukia akan tumbuh lebat dan berbuah,,, namun jika tidak di pupuk ia akan kering kerontang,,, sama halnya dengan ilmu kita,, jika kita menuntut ilmu terus-menerus namun tidak kita amalkan, maka ilmu itu akhirnya akan tertimbun dan tidak ada manfa'atnya,,,
buah itu adalah pengamalan dari ilmu itu sendiri,, jadi jika ingin ilmu itu menjadi buah layaknya pohon yang berbuah lebat,,maka hendaklah kita amalkan ilmu itu walau hanya satu huruf saja. karena itu akan menjadi investasi kitakelak di akhirat...
Minggu, 24 Juni 2012
Indahnya Mawar
Mawar adalah salah satu bunga yang sangat indah. Bunga mawar sering di jadikan sebagai lambang kebahagiaan dan keceriaan. Dilihat dari sosok bunga mawar yang indah itu, ternyata mampu menghipnotis seseorang dengan pesonanya. selain warnanya yang cerah dan menawan hati ternyata memiliki tangkai yang penuh duri, tidak semua orang dapt memegang tangkainya.
Pada sebagian orang bunga mawar menggambarkan lambang cinta, bahagia, senang, ceria, dll.
Ada juga yang berpendapat bahwa sosok seorang perempuan diibaratkan bunga mawar yang begitu mempesona dengan bentuk dan warnanya, yang membuat sebagian orang takjub akan dirinya, yang baunya harum sehingga membuat orang disekitarnya betah berada disampingnya. Maksudnya adalah seorang wanita yang anggun, cantik, bagus perangainya dan mampu melindungi dirinya sendiri malalui duri-durinya. Sehingga ia menjadikan orang yang ada disekitarya senang bergaul dengannya karena ia banyak memberi manfaat dan memberi kesejukan. Sehingga mawar digunakan sebagai lambang dan bentuk penghormatan dikalangan orang baik pada waktu pernikahan, wisuda, hajatan, penghias taman dan lain-lain. Betapa indahnya Bunga Mawar itu....
Pada sebagian orang bunga mawar menggambarkan lambang cinta, bahagia, senang, ceria, dll.
Ada juga yang berpendapat bahwa sosok seorang perempuan diibaratkan bunga mawar yang begitu mempesona dengan bentuk dan warnanya, yang membuat sebagian orang takjub akan dirinya, yang baunya harum sehingga membuat orang disekitarnya betah berada disampingnya. Maksudnya adalah seorang wanita yang anggun, cantik, bagus perangainya dan mampu melindungi dirinya sendiri malalui duri-durinya. Sehingga ia menjadikan orang yang ada disekitarya senang bergaul dengannya karena ia banyak memberi manfaat dan memberi kesejukan. Sehingga mawar digunakan sebagai lambang dan bentuk penghormatan dikalangan orang baik pada waktu pernikahan, wisuda, hajatan, penghias taman dan lain-lain. Betapa indahnya Bunga Mawar itu....
Rabu, 20 Juni 2012
konsep morfologi
KONSEP-KONSEP
DASAR DALAM MORFOLOGI
A.
Pengertian Morfologi
Pengertian morfologi telah banyak
dibicarakan oleh para linguis. Berikut akan dikemukakan beberapa diantaranya.
Menurut Crystal (1980: 232-233)
Morfologi adalah cabang bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan
morfem. Morfologi pada umumnya dibagi menjadi dua bidang : yakni telaah
infleksi (inflogtional morfology), dan telaah pembetukan kata (leksical or
derivational morphologhy).
Menurut Bauner (1983:33), morfologi
membahas struktur internal bentuk kata. Dalam morfoogi, analis membagi bentuk
kata kedalam formatif kompeennya ( yag kebanyakan merupakan morf yang berwujud
akar kata atau afiks), dan berusaha untuk menjelaskan kemunculan setiap format
if. Morfologi dapat dibagi kedalam dua cabang utama, yaitu morfologi infleksional dan pembentukan kata yang
disebut morfologi leksikal. Morfologi
infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sebagai pembentukan kata membahas
lekem-leksem baru dari basis tertentu. Pembentukan kata dapat dibagi kedalam
deriasi dan kemajmukan (komposisi). Der ivasi berurusan dengan pembentukan
leksem baru melaui afiksasi, sedang pemajmukan berurusan dengan pembentukan
leksem baru melalui afiksasi, sedang
pemajmukan berurusan dengan pembentukan leksem baru dari dua atau lebih stem
potensial.
B.
Derivasi
Derivasi
adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang
lain. Kata-kata yang secara derivasional berasal dari dasar tertentu, ada
“runtunnya” yang tertentu, dan kaidah-kaidah derivasi dapat dikatakan “kaidah
beruntun”.
Derivasi dalam
bahasa Indonesia; sebagai contoh, amatilah derivasi dari bentuk pradasar
(ajar). Morfem pradasar itu sendiri adalah tidak bebas. Yang diturunkan dari
padanya adalah pertama-tama, beberapa verba: mengajar, mengajarkan,
mengajari, belajar. Sebagaimana kita lihat, verba “bentuk kutip” yang
kupilih adalah bentuk yang berawalan men- atau ber-.
Perhatikanlah
pemakaian istilah “awalan” ـــــbukan
“prefiks”, karena memang untuk kata turunan tertentu men- adalah
prefiks, seperti men- -i dalam mengajari dan men- -kan dalam mengajarkan
. ـــــDemikian
pula dengan istilah “akhiran”, istilah yang netral terhadap status sebagai
afiks atau sebagai bagian terakhir dari ambifiks.
Dari
masing-masing verba tadi, diturunkan berbagai nomina. Ada pengajaran,
pengajar, pelajar, dan pembelajaran. Yang dengan awalan pen- itu jelas
berasal dari verba yang berawalan ber-. Jadi pengajar dan pengajaran,misalnya,
memang berasal dari : ajar tetapi “tak langsung”, dan “langsung” dari mengajar.
Demikian pula, pelajar dan pelajaran berasal (langsung) dari belajar (dan hanya tak langsung dari : ajar).
Kata seperti pengajar
dan pelajar disebut “nomina
penindak” karena mengandung makna orang yang melakukan tindakan tertentuــــtindakan yang diartikan oleh verba mengajar
dan belajar. Justru karena itulah, atas dasar semantic, kita simpulkan
bahwa pengajar berasal (langsung) dari mengajar, dan pelajar
(langsung) dari belajar. Selanjutnya, nomina seperti pengajaran dan pelajaran
yang diturunkn (langsung) dari masing-masing mengajar dan belajar itu disebut
“nomina tindakan”.
Lihat bagan berikut :
![]() |
Cermatilah
bahwa dalam bagan di atas tidak ada satupun verba yang berasal dari verba yang
berasal dari verba lainnyaـــــsemua verba
adalah setaraf. Demikian pula dengan nomina tindakan atau penindak : taka da
satu pun yang berasal dari nomina lainnyaـــnomina
itu setaraf semua.
Mengapa tidak
dapat kita hipotesiskan bahwa, misalnya, mengajarkan atau mengajari berasal
(langsung) dari mengajar, yaitu dengan sufiks –kan atau-i? jawabnya : -kan
dan –I itu bukannya sufiks melainkan bagian akhir konfiks. Demi alasan
yang sama pengajaran tidak merupakan turunan dari pengajar dengan –an,
karena –an itu bukan sufiks. Pertanyaan lain yang dapat muncul ialah :
mengapa tidak dapat kita jelaskan pengajar dan pengajaran sebagai turunan
langsung dari mengajarkan atau mengajari? Alasannya ialah: oposisi di
antara men- -kan dan men- -i “dinetralisasikan”
dalam derivasi nomina tindakan (yang bersufiks -an) atau nomina penindak (yang
berambifiks pen- -an) ــــakhiran
–kan dalam ambifiks men- -kan dan akhiran –I dalam
ambifiks men- -i adalah
akhiran “fokus” yang berfungsi pada verba, tidak ada nomina.
Akhirnya,
kiranya ada yang menanyakan: bagaimana dengan kata lain-lainnya seperti pelajarannya,
diajarkan, kuajari, dan lainnya yang serupa? Semua bentuk itu
adalah bentuk-bentuk pragmatis. Bentuk mengajar adalah “bentuk kutip”
verba ini, dan paradigmanya.meliputi: mengajarnya, diajar, diajarnya,
kuajar, kauajar, dan seterusnya. Paradigma pelajar meliputi pelajarku,
pelajarmu, pelajarnya. Paradigma verba belajar hanya ada satu
“anggotanya” saja, yaitu: hanya belajar saja. (sebenarnya, ada satu turuan
darivasional dari belajar, yaitu belajarnya,
misalnya dalam kalimat Kalau belajarnya, dia malas, karena –nya di sini adalah
sufiks “penominalisasi” : belajarnya dalam kalimat tadi adalah nomina,
diturunkan dari verba belajar).
Atas
morfologis derivasi dengan modifikasi vocal kita saksikan dalam bahasa arab.
Dalam bahasa ini, dengan pangkal trikonsonantalnya, baik proses pragmatis
maupun proses derivasional mempergunakan modifikasi vocal.
C.
Infleksi
Kaidah
infleksi adalah yang “tak beruntun”urutannya, sedangkan kaidah derivasi
“beruntun” urutannya. Diantara semua bentuk infleksional pragmatis, tak ada
yang “mendasari” bentuk-bentuk lainnya, kaidah-kaidah pragmatis bersifat “tidak
beruntun”.
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa arab,
bahasa latin, dan bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan dalam kalimat harus
disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku
dalam bahasa itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya
berupa afiks, yang mungkin berupa prefix, infiks, dan sufiks atau juga berupa
modifikasi internal yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.
Perubahan atau
penyesuaian bentuk pada verba disebut konyugasi, dan perubahan atau penyesuaian
pada nomina dan adjektiva disebut deklinasi. Konyugasi pada verba biasanya
berkenaan dengan kala (tense), aspek, modus, diathesis,persona, jumlah, jenis
dan kasus. Dalam buku-buku tata bahasa berfleksi, pembahasan ini biasanya hanya
berkisar pada konyugasi dan deklinasi ini saja.
Sedangkan
contoh “kala” (present) modus indikatif untuk persona yang berbeda adalah
sebagai berikut:
Orang I
tunggal saya, aku
Orang I jamak kami, kita
Orang II
tunggal engkau
Orang II jamak
kamu (sekalian)
Orang III
tunggal dia
Orang III
jamak mereka
Dewasa ini, bahasa-bahasa berfleksi yang ada di dunia ini memang
masih ada yang mempertahankan bentuk-bentuk fleksinya dengan lengkap, tetapi
banyak pula yang bentuk fleksinya sudah tidak lengkap, tetapi bahasa Arab
termasuk yang masih lengkap.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa infleksi atau inflektif itu bentuk
kata yang tidak memiliki kata dasar.
Perbedaan antara inflaksi dan derivasi
Pembentukan kata secara inflektif
tidak membahas bentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas
leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata
secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivasional
merupakan pembentukan sebuah kata baru yang memiliki kata dasar atau akar kata.
Perbedaan identitas leksikal
terutama berkenaan dengan makna, sebab meskipun kelasnya sama tetapi mempunyai
makna yang berbeda. Misalnya kata makanan dan pemakan, yang
sama-sama berkelas nominal tetapi maknanya berbeda. Begitu juga antara kata pelajar
dan pengajar yang bersam-sama kelas nomina tetapi maknanya berbeda, atau
juga antara kata belajar dan mengajar yang kelasnya sama-sama
verba tetapi maknanya pun berbeda.
D.
Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan
afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat
unsur-unsur, diantaranya adalah:
1-
Dasar atau bentuk dasar
2-
Afiks
3-
Makna gramatikal yang dihasilkan
Proses inilah
yang dapat bersifat inflektif dan derivative. Namun proses ini tidak berlaku
untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahsa yang tidak mengenal proses afiksasi ini.
Bentuk kata
dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi ini dapat berupa akar, yakni
bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli,
makan dan lain-lainnya.
Afiks adalah
sebuah bentuk yang biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah
kata dasar dalam proses pembentukan kata. Sesuai dengan sifat yang dibentuknya
maka afiks dibagi menjadi dua bentuk yaitu: afiks inflektif dan afiks
derivatif.
Afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam
pembentukan kata-kata inflektif atau paradigma infleksional.
Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya prefiks me- yang inflektif
dengan prefiks me- yang derivatif. Sebagai afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat
indikatif aktif, sebagai kebalikan dari
prefiks di- yang menandai bentuk indikatif pasif.
Sebagai afiks derivative prefiks me- membentuk kata baru,
yaitu kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Misalnya terdapat kata membengkak yang berkelas verba dari kata dasar
adjectifa atau mematung berkelas verba dari kata dasar nomina.
Dilihat dari posisi peletakannya pada kata dasar biasanya dibedakan
adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks dan transfiks. Disamping
itu masih ada istilah ambifiks sirkumfiks dan transfiks.
Prefiks adalah afiks yang diimbuhkan
dimuka bentuk kata dasar, seperti me- pada kata menghibur.
Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks atau afiks lain.misalnya prefiks ber-
dengan infiks –em- dan sufiks –an
pada kata bergemetaran, dan prefiks re- dengan sufiks –s pada
kata bahasa inggris.
Yang dimaksud
dengan infiks adalah adalah afiks yang diimbuhkan ditengah bentuk kata
dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya infiks el- pada kata telunjuk, daan –er-
pada kata seruling, dalam bahasa sunda –ar- pada kata barudak atau tarahu,
tetapi dalam bahasa Indonesia tidak produktif.
Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada
posisi akhir bentuk kata dasar.umpamanya dalam bahasa Indonesia sufiks –an pada
kata bagian dan sufiks –kan pada kata bagikan.
Yang dimaksud
dengan konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian
pertama berposisi padda awal bentuk kata dasar, dan bagian yang kedua berposisi
pada akhir bentuk kata dasar.karena konfiks ini merupakan morfem terbagi maka
kedua bagian dari afiks itu di anggap sebagai satu kesatuan dan pengimbuhannya
dilakukan sekaligus tidak ada yang lebih dahulu dan tidak ada yang lebih
kemudian. Dalam bahasa Indonesia ada konfiks per-/an seperti pada kata pertemuan,
konfiks ke-/an seperti pada kata keterangan,
konfiks ber-/an seperti kata berpegangan.
Dalam bahsa Indonesia mengenai konfiks ini ada dua hal yang perlu
diperhatikan. Pertama untuk menentukan dua buah afiks (yang satu prefiks dan
yang lain sufiks) adalah konfiks atau
bukan dilihat dari makna gramatikal yang terjadi pada proses afiksasi itu.
Umpamanya bentuk ber-/an pada kata beraturan bukanlah konfiks sebab maknanya
adalah memiliki aturan atau ada aturannya. Jadi jelas bahwa sufiks –an lebih
dulu diimbuhkan pada kata dasar.
Tentang istilah sirkumfiks dalam kepustakaan linguistic
Indonesia digunakan secara tidak sama. ada yang menggunakan istilah sirkumfiks
untuk menyebut gabungan afiks yang bukan konfiks. Seperti ber-/an pada kata
beraturan yang ‘mempunyai aturan’ ad juga yang menggunakan untuk konsep yang
sama dengan istilah konfiks yang dibicarakan sebelumnya. Yang berbeda lagi
adalah kridalaksana (1989) yang menggunakannya sebagai “afiks nasal” seperti
yang terdapat pada kata bahasa Indonesia nonbaku, seperti kata ngopi, nembak,
mukul, nulis dan lain-lain.
Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen
penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Interfiks
banyak kita jumpai dalam bahasa-bahas indo-german.
Transfiks adalah afiks yang berwujud
vocal-vocal yang diimbuhkan pada keseluruhan kata dasar. Transfik ini kita
jumpai dalam bahasa Semith (bahasa Arab dan Ibrani). Dalam bahasaa ini kata
dasarnya berupa konsonan-konsonan yang biasanya hanya terdiri dari tiga buah
konsonan, seperti k-t-b “tulis” dan d-r-s “belajar”. Maka transfiks itu
diimbuhkan kedalam konsonan-konsonan itu. Sebagai contoh perhatikan kata
berikut:
Kataba ‘dia laki-laki telah
menulis’
Yaktubu ‘dia laki-laki sedang
menulis’
Maktu:b ‘sudah ditulis’
Maktaba ‘toko buku’
Maka:tib ‘toko-toko buku’
Kita:b ‘buku’
Ka:tib ‘penulis’
Daras ‘dia laki-laki telah
belajar
Yadris ‘ dia
laki-laki akan belajar’
Madru:s ‘sudah belajar’
Madrasa ‘sekolahan’
Mada:ris ‘sekolah-sekolah’
Dars ‘pelajaran’
Mudaris ‘guru’
Dalam
kepustakaan linguistic ada yang menggunakan istilah atau nama untuk
bentuk-bentuk derivasi (derifatif) yang diturunkan dari kelas yang
berbeda.misalnya kata gergaji diturunkan dari verba menggergaji.
Asal nomina itu disebut denominal. Lalu karena hasil proses afiksasi itu
adalah sebuah verba, maka verba menggergaji itu disebut verba
denominal. Proses besar menjadi membesarkan adalah proses deajektifal.
Maka hasilnya akan disebut verba deajektifal. Proses penurunan pembinaan
dari verba membina disebut proses deverbal. Bagaimana jika verba
dari kata mengakui berasal dari pronominal ‘aku’? karena kata itu
berasal dari pronominal maka verba ‘mengakui’ maka disebut verba depronominal. Verba
‘menyatukan’ berasal dari numeralia ‘satu’ maka disebut verba
denumeralia. [1]
Morfologi Bahasa Arab
Morfologi
bahasa arab adalah ilmu tentang asal-usul kata dengannya dapat diketahui
bentuk-bentuk dari kata-kata bahasa arab dan keberadaanya yang bukan I’rab dan
bukan bina’ yaitu ilmu yang membahas tentang berbagai kata dari sisi tashrif,
I’lal dan idgham dan pergantian huruf. Dengan ilmu itu dapat diketahui apa yang
harus ada dalam bentuk suatu kata sebelum kata-kata itu tersusundalam suatu
jumlah. Sedangkan ruang lingkup pembahasan morfologi bahasa arab adalah:
1.
Isim mutamakkin
2.
Fi’il yang dapat ditashrif yang
keduanya dalam keadaan sendirian (terpisah dari kalimat)
Maka morfologi
bahasa arab tidak membicarakan isim-isim mabni, fi’il-fi’il jamid (fi’il yang
tidak dapat ditashrif) dan huruf-huruf.
A.
Macam Dan Bentuk Morfologi Bahasa Arab
Kata dalam bahasa Arabada tiga macam yaitu
isim, fi’il dan huruf. Dari ketiga itu yang menjadi kajian lapangan morfologi
bahasa Arab (sharf) adalah isim mutamakkin dan fi’il yang dapat ditashrif.
Isim dapat dibedakan dalam empat aspek.
1.
Dilihat dari akhir katanya ada dua
a.
Isim yang Shahih akhirnya, yaitu
setiap isim mu’rab yang tidak termasuk kategori maqsur, mangkus dan mamdud.
Seperti:
رجل ، حجر، دلو
b.
Isim yang tidak shahih akhirnya ada
3 bentuk
Isim maqsur,
seperti:
الفتى، الهدى, العاصا
Isim mangkus,
seperti:
الهادى، القاض ، الداعى
Isim mamdud,
seperti:
ابتدأ، سماء، علماء
2.
Dilihat dari tertentu tidaknya, ada
dua:
a.
Isim Nakirah, seperti:
كتاب، مدينة، قلم
b.
Isim ma’rifat, isim ini meliputi
isim dhamir, isim ‘alam (nama), isim isyarah (petunjuk, isim mausul, isim yang
disertai alif lam dan isim yang disandarkan kepada yang ma’rifat serta munada
(yang dipanggil) dengan sengaja.
3.
Dilihat dari jenisnya ada dua:
a.
Isim Mudzakkar (laki-laki) seperti:
تلميذ، حصان
b.
Isim Muannats (perempuan) seperti:
Muannats
hakiki, seperti:
جديجة، فاطمة
Muannats
Majazi, seperti:
صورة، صحراء، دار
Ada tiga tanda
yang menunjukkan bahwa suatu isim itu termasuk muannats yaitu:
Ta’ marbutah (ة )
seperti:
فاطمة
Alif ta’nis
maqsurah, seperti:
سلمى
Alif ta’nis
mamdudah, seperti:
حسنا
4.
Bila dilihat dari jumlahnya ada
tiga macam
a.
Isim Mufrad, seperti
غلام ، محمد، كتاب
b.
Isim Mutsanna, seperti
الهندسان، قلمان
c.
Isim Jama’ dibagi menjadi tiga
macam:
Jama’
mudzakkar salim, seperti
مسلمون
Jama’ muannats
salim, seperti
مسلمات
Jama’ taksir,
seperti
صورة- صور
Isim jama’ ini
dibedakan menjadi dua yaitu jama’ qillah dan katsirah.
Jama’ qillah
adalah kata jama’ yang menunjukkan arti antara bilangan 3 sampai dengan 10,
maka untuk menjadikannya ada 4 cara, yaitu dengan mengikutkan wazan berikut
ini:
أفعل - أنفس
أفعال – اسيان
افعلة – اربعة
فعلة – فتية
Jama’ katsirah
yaitu kata jama’ yang menunjukkan arti mulai dari tiga sampai dengan tak
terhingga. Maka jama’ ini mempunyai 23 wazan, sebagai berikut:
ضغلت
|
قعل
|
سدر
|
فعل
|
قرب
|
فعل
|
فذل
|
فعل
|
بررة
|
فعلة
|
تضاة
|
فعل
|
قتلى
|
فعلى
|
درجة
|
فعلة
|
عذل
|
فعل
|
عذال
|
فعال
|
كعاب
|
فعال
|
كبود
|
فعول
|
فيعان
|
فعلان
|
بطنان
|
فعلان
|
كرما
|
فعلأ
|
اغنياء
|
افعلأ
|
صواهل
|
فواعل
|
فعائل
|
فاعلة
|
صحارى
|
فعالى
|
صحارى
|
فعلى ا
|
كراسى
|
فعالى
|
جواهر
|
فعائل
|
|
|
مساعب
|
أفاعل
|
Pembahasan
morfologi bahasa arab berikutnya adalah
fi’il. Fi’il dapat dibedakan dalam 6 aspek
1.
Bila dilihat dari kuat lemah
huruf-hurufnya terbagi menjadi 2, fiil shohih dan mu’tal.
a)
Fiil shohih adalah: fiil yang
huruf-hurufnya berupa huruf shohih, seperti:
كتب , كاتب
Fi’il shahih
ada tiga macam :
1)
Fi’il salim( سالم)
2)
Fi’il mahmuz (مهموز)
3)
Fi’il mud’af (مضعف)
b)
Fi’il mu’tal adalah fi’il yang satu
daroi beberapa hurufnya berupa huruf ‘ilat seperti :
fI’il macam
ini ada 4 macam :
1)
Fi’il mitsal (مثال)
2)
Fi’il ajwaf (اجواف)
3)
Fi’il naqis (ناقص)
4)
Fi’il lafif (لفيف)
2.
Bila dilihat dari asal
huruf-hurufnya adakalanya semua hurufnya asal semua, adakalanyaa mendapat
tamnbahan.
Fi’il yang
hurufnya asli semua, adakalanya (مجرد) seperti :
حسن ، دخرج
Fi’il yang
mendapat tamaan huruf-hurufnya (مزيد) seperti :
احسن ، تدخرج
3.
bila dilihat dari waktu terjadinya
perbuatan ada tiga macam; fi’il madhi, mudari’, dan amr
a.
Fi’il madhi adalah kata yang
menunjukkan arti dengan sendirinya, dikaitkan dengan waktu yang telah lampau.
Seperti :
جأ dia telah datang
اجتهد dia telah bersungguh-sungguh
Fi’il ini
menerima ta’ ta’nis sakinah dan ta’ dhamir (ta’ fa’il). Seperti :
كتب dia (P) telah menulis
كتبت
saya telah menulis
b.
Fi’il mudhari’ adalah kata yang
menunjukkan arti dalam dirinya yang diakaitkan dengan waktu yang mengandung
arti sekarang, atau yanga akan datang. Seperti :
يجى
dia akan datang
يجتهد
dia sedang/akan rajin
Tanda-tandanya,
fi’il ini menerima ; sin, saufa, lam dan lan. Seperti :
سيجى
dia akan datang
اجتهد
kami akan berkata
c.
Fi’il amr adalah kata yang
menunjukkan tuntutan terjadinya perbuatan diri fi’il yang mukhattab, tanpa
memakai lam amr. Seperti :
جى
datanglah kamu
اجتهد rajin-rajinlah kamu
Tanda fi’il
ini dapat menerima ya’ muannasah mukhattabah, seperti : اجتهدى bersungguh-sungguhlah kamku perempuan.
4.
Bila dilihat dari ma’nanya fi’il
dibagi menjadi :
a.
Fi’il muta’ddi (المتعدى/transitif)
adalah fi’il yang bekasnya melampaui fa’ilnya sampai kepada maf’ulbih.
Seperti : فتح طارق النداس
(Tarik telah menakhlukkan Andalusia/Spanyol)
Fi’il yang muta’addi maf’ul sau, dua, dan ada
yang sampai tiga, seperti :
كتبت الدرس saya menulis pelajaran
عطتك كتابا
saya memberimu subuah kitab
اعلمتة اياه صحيعا
saya memberitahukan kepadanya akan kebenaran perkara
b.
fi’il lazim (اللازم/intransitif),
fi’il yang berkasnya tidak melampaui fa’ilnya, dan fi’il itu tidak melampaui
kepada maf’ul bih, akan tetapi tetap pada fa’il (pelaku) saja.
ذهب سعيد
said telah datang
سافر خالد
Khalid telah pergi
Jadi fi’il ini tidak membutuhkan maf’ul
bih/objek.
5.
Bila dilihat dari fa’il (pelaku)nya
terbagi menjadi dua. Yaitu mabnima’lum dan mabni majhul.
a.
fi’il mabni ma’lum adalah fa’il
yang fa’ilnya disebutkan didalam kalimat, seperti :
مصدر الملصور بعدا
(khalifah Al Mansur membuat Bagdad sebagai
kota besar).
b.
fi’il mabni majhul adalah fi’il
yang fa’ilnya tidak disebutkan didalam kalimat, tetapi fa’il itu dibuang karena
alasan tertentu, dan maf’ul bih menggantikan kedudukan fa’il yang telah dibuang
itu. Seperti يكرم المجتهد orang yang rajin itu dimulyakan.
6.
Bila dilihat dari segi penuaiannya
atas ma’na yang tidak berkaitan dengannya itu ada dua macam yaitu, jamid dan
mutasarrif.
a.
Fi’il jamid adalah fi’il yang hanya
mempunyai satu jalan dalam pengungkapan, maka ia tidak bisa menerima perubahan
dari satu bentuk kebentuk yang lain
tetapi harus tetap pada satu bentuk saja
yang tidak berubah-ubah.
Seperti : ليس tidal
نعم
sebaik-baiknya
بئس
seburuk-buruknya
b.
Fi’il mutasarrif adalah fi’il yang
tidak mempunyai huruf dalam kejumudannya (ketetapannya dalam suatu keadaan)
sebab fi’il ini menunjukkan perbuatan yang disertai waktu, maka fi’il ini dapat
berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain untuk memenuhi maksud atau ma’na
berbeda.
Analisis
Kontrastif menurut Clifford Pattorn tentang morfologi, menurut peneliti :
No.
|
Hirarki kesulitan
|
Penjelasan
|
Bahasa 1
|
Bahasa 2
|
analisis
|
1
|
Tranfer 0
|
B1 : ada
B2 : ada
|
· Prefiks (awalan)
Me- (melihat)
Ber-
(berlari)
· Infiks (sisipan)
|
· السوابق (prefiks)
يـ ـ ينظر
· الدواخل (sisipan)
ـ ـعـ ـ فعّل
|
dalam B1 imbuhan (awalan) itu berupa suku
kata me- dan ber- , sedangkan dalam B2 itu menggunakan Huruf Mudhoro’ah
|
2
|
Perpaduan
|
B1 : ada 2
B2 : ada 1
|
· Sufiks (akhiran)
-an (aturan)
-kan
(pegangan)
· Beras, padi, gabah
|
· اللواحق (sufiks)
ـ ة قراءة
· رزّ
|
dalam B1 akhiran itu menggunakan suku kata,
dalam B2 hanya menggunakan ta’ marbutah.
|
3
|
Subdiferensiasi
|
B1 : ada
B2 : tidak ada
|
· Konfiks(awalan dan akhiran)
|
-
|
Dalam B1 terdapat beberapa kata awalan dan
akhiran akan tetapi B2 tidak memiliki awalan dan akhiran.
|
4
|
Reinterpretasi
|
B1 : ada
B2 : ada tapi bentuknya berbeda
|
· Me-
Menjadi
Meng-(Mengandung)
|
ء + ء + م + ن (أأمن) آمن
|
Dalam B1 huruf “k” melebur menjadi “ng”
tetapi dalam B2 melebur dan menjadi “mad”
|
5
|
Overdiferensiasi
|
B1 : tidak ada
B2 : ada
|
-
|
الأوزان في
العربية
-
فعل
-
استفعل
-
انفعل.....إلى
أخيره
|
Dalm B1 tidak ada kata yang dijadikan
sebagai “timbangan” atau acuan dalam pembentukan kata, tetapi dalam B2 ada
banyak timbangan.
|
6
|
Pembelahan
|
B1 : ada 1
B2 : ada banyak
|
Rumah
|
بيت
منزل
دار
|
Dalam B1 hanya ada satu kosa kata, sedangkan
dalam B2 banyak istilah yang digunakan
|
DAFTAR PUSTAKA
Ba’dulu, abdul muis. Herman. Morfosintaksis.
Rineka cipta. Jakarta : 2004
Chaer, abdul. Linguistik umum.
Rineka cipta. Jakarta : 2007
Mu’in, abdul. Analisis
kontrastif bahasa arab dan bahasa Indonesia. Pustaka Al husna baru. Jakarta
: 2004
Verhaar dkk.
Asas-asas linguistic umum. Gajahmada university press. Cetakan ketiga.
Yogyakarta : 2001
Langganan:
Postingan (Atom)